Banner

Wednesday, September 20, 2006

Culture Shock

Gara-gara si Nukky ngobrolin tentang "Culture Shock", gw jadi dragged buat buka-buka lagi catatan. Tadinya gw kacau asosiasinya sama buku Alvin Toffler, "Future Shock" yang gw akrabi selama masa Tugas Akhir (FYI, Tugas Akhir gw emang bicara seputaran Studi Masa Depan). Tetapi ternyata "Culture Shock" samasekali beda. Culture Shock hampir pasti dialamin banyak orang, terutama yang sering bermigrasi. Gw dulu waktu kecil juga sering mengalami Culture Shock ketika sering berpindah-pindah ke satu tempat dan tempat yang lain.

***

Pada dasarnya, ketika kita bermigrasi, kita akan mendapati lingkungan yang practically beda dari lingkungan kita sebelumnya. Dalam hal itu, akan ada penyesuaian-penyesuaian dari kita sebagai makhluk sosial yang beradaptasi dengan lingkungan baru. Kalvero Oberg di tahun 1954 sudah menjelaskannya dengan beberapa tahapan "adaptasi" yang dirangkumnya menjadi tahapan "Culture Shock". Masing-masing tahapan tidak mempunyai patokan waktu yang tetap berapa lama setiap individu akan mengalaminya. Hal itu tergantung pada tingkat resistensi dan adaptasi.
Tahapan yang pertama dinamakan "Honeymoon Stage". Ini adalah tahapan ketika segalanya tampak begitu indah dan ideal. Kita menemukan kesenangan-kesenangan dari lingkungan baru kita, dan itu tampak menutupi segalanya. Euforia berperan besar di sini.
Tahapan yang kedua adalah follow up dari tahapan sebelumnya dimana sifat-sifat negatif mulai muncul. Apa yang tadinya tampak serba ideal mulai muncul menjadi realitas yang tidak semulus di bayangan kita. Sisi negatif lingkungan mulai berpengaruh, dan hal inilah fase terberat bagi seorang migran untuk beradaptasi. Bagi yang positif dan progresif bisa melangkah ke fase selanjutnya.
Tahapan selanjutnya (ketiga) adalah ketika kita bisa mengendalikan dan mengontrol diri. Apa yang negatif akhirnya menjadi balans dengan euforia yang kita temukan di awal. Di sini, "culture shock" bisa dikatakan telah hilang, dan lingkungan baru sudah berperan (practically) sebagai lingkungan origin-nya.
Dan tahapan siklis-nya adalah ketika kita kembali ke lingkungan sebelumnya, atau ke lingkungan lain, kita akan kembali beradaptasi dengan fase "culture shock" ini.
***
For somehow, teori itu applicable juga buat menyikapi hubungan antara dua orang, kaya pacaran atau berumah tangga.

posted by Helman Taofani at 10:00 AM 0 comments

Tuesday, September 19, 2006

"Mosque" dan Fenomena Asal Kata

Currently, saya membaca message hari ini dari Dhayan, berupa forward-an imel yang menyatakan concern karena kata "Mosque" untuk me-refer masjid dalam bahasa Inggris kemungkinan berasal dari kata "Mosquito" (termaktub di buku "A Complete Idiot Guide to Islam"). Konon, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Iberia pada masa ekspansi ke Andalusia (dan kaum Moor) menyatakan bahwa orang Moor dan muslim adalah nyamuk-nyamuk (mosquito, bahasa Inggris - dalam bahasa Spanyol juga "mosquito") yang harus diberantas. Since simbolis tempat yang menggambarkan "sarang nyamuk" itu adalah masjid, maka asosiasinya adalah ke "mosquito" tersebut dan berkembang menjadi "mosque" sampe saat ini. Si penulis imel merasa aware karena mungkin istilah tersebut bagian dari orientalisme membabi buta di abad kegelapan Eropa yang sangat membenci perbedaan budaya atas dasar agama.
Well...sebuah kata memang kadang origin-nya sangat kejam. Kata "piknik" (dari bahasa Inggris "picnic") juga actually sebuah kata yang kasar sekali, karena berasal dari frasa "pick a nigger" yang amat sangat rasialis. Menggambarkan habit bersenang-senang manusia kulit putih dengan menyiksa budak belian mereka. Tetapi kemudian makin lama maknanya akan melebur sehingga melebutkannya dan menjadi istilah yang bisa diserap dengan santai. Di bahasa Arab juga dikenal istilah "Ajami" yang refer ke "non-Arabic speakers". Origin-nya, istilah itu berarti hinaan atau umpatan yang berarti binatang (seperti kita mengatakan "anjing", "kunyuk" dan sebagainya). Tetapi kemudian melemah dan jadi konteks kata standar yang berarti "non-Arabic speakers" despite latar belakang arogansinya. Saya juga inget dengan perdebatan tentang kata "nigger" di acara Oprah yang karena masyarakat Afro-American sendiri mulai menganggap santai, maka kandungan rasialnya mulai melemah (kecuali di wilayah yang sentimen rasialnya tinggi, seperti Amerika Serikat bagian Tengah dan Selatan). It's all about context, dan tergantung dari subjek apresiatornya juga menyikapi makna katanya. Dan isitlah "picnic" atau "ajami" sekarang betul-betul melemah origin katanya karena sangat jamak digunakan dan tidak bermuatan negatif dari orang yang mengucapkannya saat ini.
Begitu juga mungkin dengan kata "mosque", yang meski jika memang berorigin negatif, tak usah diperdebatkan karena toh sekarang kata tersebut berasosiasi standar sebagai tempat ibadah orang Islam. Masjid sendiri dalam bahasa Spanyol lama adalah "mezquita" (bukan "mosquito"), sejalan dengan istilah di belahan Eropa lain yang menyebutnya sebagai "muskey", "moschy" atau "mos'keh" sampai dengan pembakuan berupa istilah dari pengguna bahasa akar latin (Italia, Perancis dan Spanyol) yaitu "mosquee". Tahun 1711, istilah "mosque" dibakukan di Inggris untuk menyebutkan identifikasi kata mengenai tempat ibadah umat Islam. Sementara jika menurut Oxford Dictionary, istilah "mosque" muncul dari pelafalan "masjid" oleh orang barat sebagai "mosged" (karena kesulitan mengucapkan huruf "j"), atau "musched" sehingga mengalami morfologi kata sebagai "mezquita" di Spanyol dan "mosquee" di Normandia.
Adaptasi penyesuaian dengan dialek itu lumayan penting karena akan memudahkan informasi dan asosiasi seperti fungsi literasi kata. Kata "moslem" (dibaca "maslim" dalam pengucapan latin/Indonesia) juga sebetulnya merupakan pembakuan dari kesulitan orang barat untuk menyebut "muslim" (akan dibaca "myuslaim") yang malah potensial menimbulkan gap bahasa ketika terjadi percakapan trans-lingua. Nasib "mosged" (dibaca "masjed") yang menjadi "mosque" mungkin dilandasi oleh hal yang serupa ketimbang dilandasi oleh rasa hatred yang mendalam untuk menyebut umat Islam sebagai nyamuk. Tapi, nyamuk atau bukan, yang jelas semua orang yang mengerti bahasa Inggris akan mengatakan bahwa "mosque" itu adalah tempat ibadah umat Islam, bukan serangga penghisap darah. Lagipula, banggalah dengan istilah "masjid" yang dilegitimasi sebagai kata bahasa Indonesia sebagai definisi terdekat dari arti kata dasar-nya "sujud" meski di akar rumput ada yang menyebutkannya sebagai "surau", "langgar", "mesjit" dan sebagainya. Does it matter?

posted by Helman Taofani at 9:09 PM 0 comments

Tuesday, September 12, 2006

Film

September 12th, 2006
Back in Movie Business
Ini tulisan perdana setelah 4 bulan! Untungnya di-trigger sama film bagus buatan Roberto Benigni, sutradara Italia yang sukses membesut "Life is Beautiful". Masih dengan efek karikatural, hanya saja satir-nya lebih terasa dengan setting perang "palsu" di Irak.
[more]

Browse Archives: + V for Vendetta + The Edukators + 11:14 + Tim Burton's Corpse Bride + Movie Marathon: Mirror Mask and Pelican Brief + The Constant Gardener + (Green Street) Hooligans + Movie Marathon February 2006 + Review: Memoirs of Geisha + Review: An Unfinished Life + Review: Revolver + Esai: Film di Akhir 2005 dan Awal 2006 + Preview: Harry Potter and the Goblet of Fire

posted by Helman Taofani at 6:41 PM 0 comments

Friday, April 28, 2006

Song

April 28, 2006
Some Articles on Alternative and Pearl Jam
Sebuah artikel kontrovesial dari majalah TIME di tahun 1993 tentang musik alternatif. Artikel yang kemudian menuai banyak protes dan sampai sekarang menjadi salah satu cover story majalah terkenal tersebut yang dilarang di-publish ulang. Pandangannya memang banyak menempatkan subjek-subjek pelaku scene alternatif sebagai komoditas industri musik, berlawanan dengan etos kerja mereka sendiri yang puritan. Mungkin inilah satu-satunya scene musik yang bereaksi keras terhadap pemberitaan media massa yang mungkin untuk kalangan saat ini justru akan mendorong ke puncak popularitas. Bagaimana kontroversialnya, coba baca sendiri dari versi yang gw terjemahin ke bahasa Indonesia for your convinience. Dan nantinya bisa kita diskusikan bersama.
Sementara artikel satunya lagi adalah dari Newsweek International, tentang Pearl Jam dan album baru yang mau dirilis 2 Mei nanti.

[more]

Browse Archives: + Corduroy' Surgery+ Songs: Blackbird + Pearl Jam' 8th Studio Album + AksMen's Top 20 Grunge/New Wave Albums + Review: Fahrenheit 9/11 Soundtrack + Essay: Feminism N' Roll (pt.02) + Essay: Paradoks Sejarah Rock N Roll + Review: Vitalogy (Pearl Jam) + Jukebox: 60 Minutes Pearl Jam for Beginners + Review: Demo (got.ID) + Review: Singles (OST) + MegaNut featuring Stone Gossard + Essay: Feminsim N' Roll + Review: No Code (Pearl Jam) + Essay: What is Pearl Jam?

posted by Helman Taofani at 12:38 AM 0 comments

Thursday, March 23, 2006

Arch

March 23rd, 2006
Universitas Ciputra
Kampus baru Universitas Ciputra di Surabaya yang didesain oleh biro arsitek PT. Han Awal and Partners. Menghadapi dilematika yang sama dengan kampus-kampus di tempat lain, seperti perubahan budaya (dan arsitektur), serta perubahan imej institusi pendidikan tinggi yang tidak lagi kaku dan doktrinal, tetapi dinamis dan lebih moderat. Bagaimana Yori Antar dan timnya menyiasati situasi demikian dalam bentuk desain kampus universitas swasta ini?

[more]

Browse Archives:
+ Ekskursi: Java Plant Office + Ekskursi: Masjid Al Akbar + Essay: Kecenderungan Kota Besar di Indonesia

posted by Helman Taofani at 1:55 AM 0 comments

Book

February 9th, 2006
Resensi: The State of Architecture at the Beginning of the 21st Century
Resensi dari jurnal yang berisi opini arsitek-arsitek besar di dunia dan dirangkum dalam satu buah buku oleh Bernard Tschumi dan Irene Cheng. Membicarakan tentang katalisasi arsitektur dalam menyikapi perubahan-perubahan politik, ekonomi dan sosial budaya yang terjadi bersamaan dengan perubahan abad serta millenium, yang akan mengantarkan manusia ke era baru.

[more]

Browse Archives:
+ Esai: Litratur Arsitektur (di) Indonesia + Komik: 20th Century Boys

posted by Helman Taofani at 1:51 AM 0 comments

About Me

Name: Helman Taofani

View my complete profile

Browse Inside

    Home

    Architecture

    Books

    Movie

    Music

    Friendster Blog

Friends' Blog

    Image hosting by Photobucket Image hosting by Photobucket Image hosting by Photobucket

Weekly Chart

S H I T H O L E

Powered by Blogger